Hari Pahlawan: Menjadi Pahlawan Sejati Lewat Jihad Kebajikan dan Moderasi Beragama
Kwadungan, 10 November 2025 – Setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia mengenang peristiwa heroik di Surabaya, sebuah momentum yang mengukuhkan semangat juang para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Namun, Hari Pahlawan di era modern ini harus dimaknai dengan cara yang lebih kontekstual, terutama bagi kita, insan Kementerian Agama.
Pesan kunci saat ini jelas: Kepahlawanan telah bergeser dari medan perang fisik menuju medan juang moral, sosial, dan digital.
1. Transformasi Jihad: Dari Angkat Senjata ke Angkat Sesama
Dalam ajaran Islam, membela tanah air (cinta tanah air atau hubbul wathan) adalah bagian dari iman. Para ulama dan santri terdahulu telah membuktikan hal ini dengan fatwa dan pengorbanan jiwa raga.
Hari ini, musuh terbesar kita bukanlah senjata, melainkan kemiskinan, ketidakadilan, korupsi, dan yang paling berbahaya: perpecahan bangsa akibat narasi kebencian dan hoaks.
Oleh karena itu, Hari Pahlawan menjadi seruan untuk melakukan "Jihad Kebajikan" (Jihad al-Birr).
Pahlawan Kesehatan: Dokter, perawat, atau relawan yang mendedikasikan diri tanpa pamrih.
Pahlawan Pendidikan: Guru madrasah dan pendidik yang ikhlas mencerdaskan anak bangsa di daerah terpencil.
Pahlawan Lingkungan: Setiap individu yang menjaga kebersihan dan kelestarian alam, karena kebersihan adalah sebagian dari iman (An-Nazhafatu minal Iman).
Sebagai Penyuluh Agama Islam, tugas kita adalah mentransformasikan nilai-nilai kepahlawanan ini ke dalam Amal Saleh yang terukur dan berdampak nyata bagi masyarakat. Kita dorong umat untuk menjadi versi terbaik pahlawan di ranah profesi masing-masing.
2. Melawan Tiga Musuh Utama: Hoaks, Ekstremisme, dan Intoleransi
Video refleksi Hari Pahlawan kali ini memberikan penekanan khusus pada ancaman non-fisik yang merusak persatuan: Hoaks dan perpecahan.
Dalam konteks keagamaan, ini adalah tantangan serius bagi upaya Penguatan Moderasi Beragama:
Musuh Digital (Hoaks): Menyebarkan berita bohong atau fitnah dilarang keras dalam Islam. Pahlawan digital sejati adalah mereka yang menerapkan prinsip tabayyun (konfirmasi kebenaran berita) dan menjaga lisan serta jari jemarinya dari menebar kerusakan sosial.
Musuh Ideologis (Ekstremisme/Intoleransi): Perpecahan yang berlandaskan sentimen agama adalah pengkhianatan terhadap semangat perjuangan para pahlawan yang berasal dari berbagai suku dan agama. Kita harus menjadi Pahlawan Persatuan, menyuarakan Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim) dan Ukhuwah Wathaniyah (persaudaraan sebangsa).
Kepahlawanan kini adalah keberanian untuk menyuarakan kebenaran dan menolak radikalisme yang merongrong keutuhan NKRI, sebagaimana diajarkan dalam semangat Islam yang rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam).
3. Hari Pahlawan sebagai Momentum Revolusi Karakter
Peringatan 10 November bukan sekadar ritual seremonial tahunan, melainkan momentum revolusi karakter bagi seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) Kemenag dan umat.
Kita harus meneladani nilai-nilai pahlawan: Keikhlasan berkorban, integritas, dan semangat pantang menyerah.
Dengan semangat Hari Pahlawan, marilah kita korbankan waktu dan pikiran untuk kemajuan pembangunan, serta menjadi garda terdepan dalam menjaga persatuan umat dan keutuhan bangsa. Setiap kebaikan kecil yang kita lakukan dengan niat tulus adalah sebuah wujud kepahlawanan modern yang bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Selamat Hari Pahlawan 2025. Terus Bergerak, Lanjutkan Perjuangan!
YUK SIMAK VIDEO SINGKAT TENTANG ARTIKEL INI, KLIK DISINI
Penyuluh Agama Islam KUA Kwadungan


Posting Komentar untuk " Hari Pahlawan: Menjadi Pahlawan Sejati Lewat Jihad Kebajikan dan Moderasi Beragama"