Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer





PSIKOLOGI SUFI























    Ketika Nabi mengetahui bahwa ajal menghampirinya, ia mengumpulkan sahabat-sahabat terdekatnya. Mereka sangat sedih. Banyak diantara mereka yang merasa dirinya tidak dapat hidup tanpa bimbingan dan petunjuk beliau. Nabi menghibur mereka dengan berkata, “Aku akan meninggalkan dua orang guru. Yang pertama adalah guru yang berbicara dan yang lainnya adalah guru  yang diam.” Para sahabat mulai mengira-ngira identitas guru tersebut, lalu Nabi menambahkan, “Guru yang berbicara adala Al-Qur’an, dan guru yang diam adalah kematian.”
    Merenungi kematian adakah sarana kuar biasa untuk mengeluarkan diri kita dari kebiasaan dan perilaku lama. Memikirkan kematian adalah sebuah latihan untuk lebih peka akan masa kini. Itulah jalan untuk memulai proses pertumbuhan diri.
    Beberapa tahun yang lalu, dua orang pasien dijadwalkan untuk operasi di sebuah rumah sakit besar di Istanbul. Yang pertama pria belia berpenyakit usus buntu, dan yang kedua pria tua berpenyakit kanker. Ahli bedah yang sama melakukan operasi pada kedua orang tersebut. Operasi usus buntu dilakukan dengan sederhana dan berahir cepat. Ketika sang dokter mengoperasi pria yang berpenyakit kanker, ia melihat kanker tersebut telah menyebar sedemikian rupa sehingga tidak mungkin lagi dioperasi. Ia sekedar menutup kembali pembedahan tersebut.
    Sang dokter mengatakan bahwa si pemuda mungkin memiliki kesempatan hidup yang panjang, tetapi si pria tua itu tidak akan bertahan lama. Malam itu, pria muda tersebut meninggal dunia dan dalam beberapa hari si pria tua meninggalkan rumah sakit. Beberapa bulan kemudian, ia kembali ke rumah sakit membawakan sang dokter buah-buahan dan sayuran segar dari kebunnya, tampaknya ia dalam kondisi kesehatan yang baik.
    Kita tidak mengetahui berapa lama lagi waktu yang kita miliki. Kita mungkin berpikir bahwa kita kuat dan sehat dan memiliki masih banyak waktu, tapi kita harus selalu sadar bahwa kematian dapat datang kapan saja. Bahkan, jika kita memiliki penyakit yang serius, seperti kanker, kita harus ingat bahwa jika Tuhan mengizinkan, kita mungkin saja memiliki umur panjang.
Mengenai kematian, kita harus menumbuhkan dua sikap penting. Pertama, kematian adalah keniscayaan. Kedua, menyadari bahwa kita tidak tahu kapan ajal menjemput kita. Ia mungkin saja bulan depan atau beberapa tahun dari sekarang, namun kita kita tidak mengetahuinya dan memastikannya.  

1 komentar untuk "PSIKOLOGI SUFI"